Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Wisata’ Category

Backpacking ke Tanoh Gayo

Berawal dari sebuah pertanyaan yang dilontarkan seorang teman dari Jakarta, tentang niatnya yang akan melakukan trip ke Sumatera melalui jalan darat, bergaya Backpacker dengan cara ‘ngeteng’. Dimulai dari Aceh hingga Lampung dan kembali lagi ke Jakarta melalui Pelabuhan Bakau Heni-Lampung. Saya kira tak ada salahnya, jika saya me-repost kembali tulisan saya sendiri atas jawaban dari pertanyaan beliau tersebut disini, siapa tau, salah satu dari anda juga ingin melancong ke tempat-tempat yang pernah saya kunjungi tersebut.

Baiklah, daripada kepanjangan “cingcong” eloklah kita mulai perjalanan ini. Oh ya, sebelumnya, agar perjalanan yang akan kita lalui ini berjalan lancar dan sampai tujuan serta kembali lagi kerumah dengan selamat, mari kita membaca Basmalah dan berdo’a menurut agama masing-masing. Berdo’a dimulai !! menundukkan kepala , mengangkat kedua belah telapak tangan, seraya berdo’a…-suasana hening 2 menit-…# Berdo’a selesai !!.

Ok, kita mulai dari Banda Aceh yah.. 🙂

ACEH

Dulu, sebelum Tsunami menerjang Banda Aceh, tempat wisata seperti Lhok Nga dan Mata Ie, merupakan tempat Favorit para penduduk lokal. Lhok Nga merupakan Pantai yang letaknya tidak jauh dari Pabrik Semen Andalas, ketika Tsunami menghantam wilayah ini, Pesona Pantai tersebut menjadi hilang seketika. Kini yang ada hanyalah hamparan pasir yang luas, dimana teronggok 2 Unit Kapal di tengah ruas Jalan Banda Aceh – Calang.

Di Kota Banda Aceh, yang sangat terkenal adalah Mesjid Raya Baiturrahman. Mesjid tua ini cukup kokoh berdiri walaupun di terjang Tsunami waktu itu. Mesjid yang berdampingan dengan Pasar Atjeh ini hanya mengalami sedikit kerusakan pada menara yang berdiri beberapa Puluh meter dari Bangunan Utama Mesjid. Saya yakin banyak yang telah mengenal Banda Aceh, terutama Pasca Tsunami.

TANOH GAYO

Mm..baiklah, karena udah pada tau dan cukup mengenal Banda Aceh, bagaimana kalo kita lanjutkan perjalanan ke Tengah Aceh yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah, tenarnya sih wilayah itu dinamakan Tanah Gayo atau Dataran Tinggi Gayo. Dari Banda Aceh jaraknya hanya 6 hingga 7 Jam yang ditempuh melalui Jalan Darat Lintas Sumatera. Kita bisa menggunakan Bus/Bis yang melayani trayek Banda Aceh-Tanah Gayo, seperti: Parisada Motor Tholhah Hasan (atau disingkat PMTOH), Kurnia – Pusaka – Anugerah ( 3 nama Bus dalam grup yang sama yaitu grup Kurnia), dan Pelangi. Dengan armada yang memiliki kapasitas Penumpang antara 21 hingga 50 orang, konfigurasi seat 2-1 atau 2-2, anda hanya diminta merogoh kocek ± 100 ribu rupiah sekali jalan. Pilihan lain, anda juga bisa menyambung beberapa kali dengan menumpang Bus ¾ seperti BE (Bireun Express), Cenderawasih dll, atau ingin di antar langsung ke tempat, anda bisa menumpang kendaraan jenis L-300.

Selama perjalanan nanti bus biasanya akan berhenti 1 kali untuk makan dan ganti supir, sambil istirahat sekitar 15 menit di Rumah Makan tersebut. Umumnya makanan yang disajikan di Rumah Makan rekanan Perusahaan Armada Bus itu adalah Sate Matang (Matang: Nama Daerah) atau Masakan Khas Aceh lainnya.

Nah istimewanya jika anda naik kendaraan jenis L-300 ini, anda bisa minta supir untuk berhenti sejenak di tempat penjualan oleh-oleh. Diantara oleh-oleh yang tak pernah absen di warung atau toko-toko jalan menuju Tanah Gayo, yang ditawarkan seperti Pisang Sale dan segala macam Kripik dari jenis umbi-umbian yang memiliki banyak pilihan rasa.

Ups, sebelum lupa dan sekedar mengingatkan, kalau Bus/Bis yang ditumpangi dari Banda Aceh ke Takengon, beroperasinya pada waktu Pagi dan Siang hari. Sedangkan yang dari Medan ke Takengon atau Pondok Baru (nama desa yang menjadi tujuan akhir di Bener Meriah) sebagian besar beroperasi pada sore hari, ba’da ashar atau malam hari selepas magrib. Kecuali yang travel (sebutan untuk Kendaraan jenis L 300). Kendaraan tersebut sudah mulai jalan pada waktu Pagi hari. (ongkosnya travel pun, lebih mahal 30-50 ribu dari Bus/Bis yang memiliki seat 2-2 (Patas AC). Saat ini ongkos Bus rata-rata 90 ribu rupiah /orang )

Kembali keperjalanan semula. Suasana perjalanan akan mulai terasa seru ketika memasuki daerah Jeumpa, Bireun. (Apalagi waktu Konflik dulu, wuih..seru abis..bro!, anda harus siap-siap untuk aktifkan nyawa cadangan ).

Namun, seiring keamanan yang telah jauh lebih baik seperti saat ini, perasaan tersebut tidak perlu lagi ada. Tapi yang perlu adalah menyiapkan obat anti mabuk. Sebab mulai dari Bireun hingga Takengon yang jaraknya ± 100 kilometer (kira-kira 2 jam perjalanan) itu, perut anda akan di kocok habis-habisan. Anda akan mengalami serangan belokan, turunan-tanjakkan maut yang bertubi-tubi. Beberapa tikungan yang disertai turunan terjal yang akan dilewati sepeti di Jeumpa, Cut Panglima, Ronga-ronga, Enang-enang, dll.

Jalan sempit yang dilalui banyak Bus dan Truck berbadan lebar itu menuntut konsentrasi, kehati-hatian dan kemahiran para supir dalam mengemudi. Karena pernah, bahkan tidak sedikit Pengemudi Bus yang ceroboh masuk ke dalam jurang yang dalamnya hingga ratusan meter (Aha..itu makanya disarankan kita semua selalu berdo’a sebelum memulai perjalanan, harapannya agar sampai ditujuan dengan selamat)

Tapi tenang, semua pengorbanan dan perjuangan yang anda lakukan akan terbayarkan, ketika kita mulai memasuki daerah hutan Pinus di dekat Wih Ni Kulus dan Blang Rakal, Anda seperti melintasi daratan Eropa. Dengan view jajaran pohon Pinus berbaris rapih, pegunungan Indah serta dibaluti udara yang sangat sejuk akan menjadi sajian gratis untuk anda. Udara sejuk akan lebih terasa segar dan alami jika anda naik mobil L-300, tentunya dengan membuka kaca samping kendaraan. Kenikmatan seperti itu tidak akan anda dapat jika menumpang Bus Besar, sebab udara sejuk yang anda nikmati berasal dari AC.

Oh iya.. agar nanti tidak nyasar dan salah turun, tujuan anda adalah Kota Takengon – Aceh Tengah. Karena disini yang terdapat beberapa Hotel atau Penginapan untuk anda bermalam. Walaupun sebenarnya di Simpang Tiga, Bener Meriah, ada Mess Pemda yang baru dibangun, tapi belum tau bisa di Sewa atau tidak.

Dari Takengon, kota indah yang berada di ketinggian 29 ribu kaki diatas permukaan laut ini, anda dapat merencanakan perjalanan ke beberapa kota disekitar Takengon pada keesokan harinya. Di sana banyak Objek yang indah untuk berfoto ria sebagai bukti bahwa anda telah menginjakkan kaki di Tanah Gayo :), tentunya hal tersebut sangat sayang untuk anda lewatkan. Objek tersebut diantaranya seperti Pantan Terong. Di atas bukit itu anda bisa melihat dengan bebas kearah Danau Laut Tawar dan Kota Takengon yang sangat indah. Selain itu di sisi Danau Laut Tawar, ada Goa Putri Pukes, Goa Loyang Koro, yaitu goa-goa yang memiliki kisah masing-masing dan didalamnya terdapat benda-benda cagar budaya yang telah ada sejak ratusan tahun silam. Masih di seputaran kota Takengon, anda bisa nonton Pacuan Kuda di Blang Bebangka atau juga di daerah Pantai Menye, kecamatan Bintang yang berada di ujung Danau Laut Tawar, disini hampir tiap sore hari, nampak anak-anak kecil latihan pacuan kuda.

Selanjutnya, jika kita ingin jalan sedikit lebih ke daerah Pedalaman, tepatnya di daerah Isaq anda dapat menyaksikan keunikan lain pada “Atu Belah” (Batu Belah:Bahasa Gayo), yaitu batu besar yang terbelah 2, belahannya cukup rata. Batu tersebut memiliki dimensi Tinggi 2,5 meter, Panjang 4 meter dan lebar 2 meter. Dibelakangnya terdapat kolam kecil yang semuanya memiliki mitos tersendiri dikalangan masyarakat Gayo. Batu Belah tersebut tidak hanya 1 tapi ada beberapa. Bahkan yang paling besar, berada di Pinggir Jurang yang terjal, dari atas batu itu kita dapat melihat pemandangan yang sangat Indah. Kisah mengenai Batu Belah ini dulu pernah diangkat dalam cerita Film “Si Unyil”, yang kemudian pernah juga tayang dalam Film lepas Cerita Rakyat di TVRI. Tidak terlalu jauh dari Batu Belah ini berada, terdapat makam Datu Beru, menurut Kekeberen (Cerita Sejarah yang dituturkan secara turun-menurun dalam masyarakat Gayo). Datu Beru adalah nenek moyangnya Suku Gayo yang sangat Bijak, dia adalah salah satu anak dari Tengku Kawe Teupat atau dikenal juga dengan sebutan Kik Betul, yaitu Raja Linge Pertama yang artefak dan Sumur bekas Kerajaan Linge terdapat di dekat makamnya tersebut.

Setelah anda puas hiking seharian dipegunungan, selanjutnya anda bisa menikmati perjalanan ke arah Ise-ise. Yang menarik disini adalah disepanjang sisi jalan terdapat sungai yang airnya mengalir deras dan jernih (mirip seperti ketika kita menelusuri jalan dari Kota Lubuk Sikaping menuju Bonjol di Sumatera Barat). Sungai tersebut mengalir dari Hutan Pinus sebelum Kampung Isaq sampai Kampung Tero, kira-kira menempuh 2 jam perjalanan santai. Jika kita trus berjalan sedikit lebih dalam hingga kampung Ise-Ise, anda akan menjumpai Peternakan Sapi di Ketapang. Yaitu Peternakan Sapi Bali yang dikelola Pemda Aceh Tengah.

Kalaupun waktu melancong yang anda punya cukup singkat, jangan khawatir, anda cukup mengelilingi dan mengarungi Danau Laut Tawar yang letaknya tak jauh dari pusat kota Takengon. Danau yang menjadi kebanggaan Orang Gayo ini terbentang dari Takengon hingga Bintang (nama desa). Panoramanya tak kalah eksotis dari tempat-tempat lain di Indonesia. Tentunya akan terasa mantap jika anda bisa mengunjungi semua tempat yang indah di Tanah Gayo. Anda pasti merasa betah dan tidak ingin pulang jika sudah sampai di Tanoh Gayo (Tanah Gayo dalam Bahasa Gayo).

Seperti kata SBY (Presiden RI saat ini), ketika masih menjabat Menkopolkam, Beliau pernah mengunjungi Takengon. Di hadapan saya dan ribuan Masyarakat Gayo lainnya di Lapangan Depan Kantor Bupati Aceh Tengah ketika itu, dia mengatakan “Kota Takengon sangat indah dan adat budaya masyarakatnya penuh pesona”. Sedangkan Hari Sabarno, Mendagri yang saat itu menemani kunjungan singkat SBY juga mengatakan “Keindahaan Kota Takengon seperti kota-kota dibelahan Eropa”.

Saya rasa itu bukanlah pujian yang berlebihan, karena memang keindahan Tanah Gayo Ibarat pepatah “Bagaikan Sekeping Tanah Surga yang Terlempar Ke Dunia”. Disana anda bisa menikmati Panorama alam yang sangat indah dan sejuknya udara pegunungan Gayo selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan 356 hari (rata-rata) dalam setahun. Siang hari anda akan dibaluti udara sejuk 18 derajat celcius, semakin malam udara akan terasa semakin dingin, apalagi pada musim hujan.

Jika anda punya kocek yang lebih jangan lupa beli oleh-oleh Khas Gayo yang dijual di Takengon, seperti Kopi Gayo (bubuk) yang juga banyak dijual di toko-toko baik dikota takengon atau di warung pinggir jalan kearah luar kota, Ikan Depik (ikan endemik Danau Laut Tawar, ikan ini dijual di pasar Ikan Takengon), Kerajinan Gayo seperti Kerawang (berbentuk Tas, Pakaian, dompet, Sarung, selendang, dll di Simpang Empat), Buah-buahan segar organic seperti Terong Belanda, Jeruk, Marquisa Manis, Alpokat serta buah-buahan dan sayuran lainnya di Pasar Inpres Takengon.

Juga jangan anda dilewatkan untuk mencicipi makanan khas Tanah Gayo yang Nikmat dan beragam, mulai dari Pengat, Masam Jeng dan menu-menu lainnya yang dapat anda nikmati di Rumah makan dan cafe-cafe yang mulai tumbuh subur di Takengon, Aceh Tengah atau di Wih Pesam, Bener Meriah

Belum Puas di Aceh Tengah (Tekengon dan sekitarnya), anda juga harus.. kudu.. mesti.. jelajahi alam Gayo di kabupaten tetangga, yaitu Bener Meriah. Daerahnya tidak terlalu jauh dari Takengon karena bebatasan langsung dengan Aceh Tengah. Jarak antar ibukota kabupaten kurang lebih 20 kilometer atau 20 menit perjalanan darat. Disana anda dapat melihat suburnya alam Gayo, dimana Perkebunan Kopi yang tangkainya dipenuhi buah yang mulai memerah, akan terus terlihat disepanjang mata memandang.

Kopi Gayo yang tumbuh di daerah ini sebagian besar berjenis Arabika. Cita rasanya sudah sangat terkenal di Eropa, Amerika, Jepang dan Belahan dunia lainnya. Di Bener Meriah terdapat beberapa industri Kopi Gayo, mulai dari industri rumahan dengan peralatan sederhana sampai Pabrik kopi dengan teknologi standar dan modern. Jangan heran jika di Tanah Gayo (baik Aceh Tengah dan Bener Meriah) dimana-mana anda akan melihat hamparan buah Kopi yang dijemur, baik di jalan-jalan kampung maupun diatas tempat-tempat khusus seperti Altar yang memang dibuat khusus untuk menjemur kopi di pekarangan rumah warga.

Kabupaten Bener Meriah, merupakan daerah penghasil utama Kopi Gayo. Bila digabung dengan Aceh Tengah, luas areal perkebunan kopi di Tanah Gayo merupakan yang terluas di Indonesia. Bahkan produksi Kopi dari Varietas Arabika merupakan yang terbesar di Asia. Selain Kopi, komoditi unggulan lainnya adalah sayur mayur dan buah-buahan yang juga tumbuh sangat subur disana, baik yang dibiakkan dengan cara organic maupun non organic.

Yang tidak boleh dilewatkan juga adalah tempat-tempat wisata lainnya di Bener Meriah, seperti Kolam Air Panas di Simpang Balek yang sering dikunjungi masyarakat Sekitar mapun Wisatawan, lalu ada Wih Ni Kulus yang juga merupakan salah satu tempat pavorit sebagai lokasi wisata di Tanah Gayo, di Bener Meriah juga nampak menjulang tinggi Gunung Burni Telong, yaitu gunung aktif yang sering menjadi target para Pecinta Alam yang mencoba untuk menaklukan Gunung ini dengan mendaki hingga ke puncaknya. Gunung itu nampak cantik jika dilihat dari bandara Rembele. Bandara Rembele adalah bandara perintis dengan Run Way relatif pendek, panjang Run Way tersebut ketika saya ukur sendiri dengan Spedometer Motor beberapa waktu yang lalu hanya 1.500 meter, dan lebarnya 16 meter. Jenis Bandara ini hanya dapat didarati Pesawat sekelas CN 235 atau sejenis pesawat Foker berbadan kecil lainnya. Bandara ini juga telah dilengkapi bangunan Apron penumpang, Kantor, Gudang, Perumahan, dan beberapa bangunan penunjang lainnya). Jaraknya tidak lebih 2 kilometer dari Kota Simpang Tiga, Bener Meriah. Bandara Rembele saat ini baru melayani rute Bandara Iskandar Muda (Banda Aceh) dan Polonia (Medan) yang beroperasi dua kali dalam seminggu.

Di Kecamatan Timang Gajah, Anda juga bisa mengunjungi Tugu Radio Rimba Raya, yaitu radio yang pertama kali menyiarkan Kemerdekaan Indonesia ke Luar Negeri sperti Semananjung Melayu (Malaysia), Singapura, Saigon (Vietnam), Manila (Filipina) bahkan Australia dan Eropa.

Perjalanan ke Tanah gayo, akan lebih seru jika anda tau jadwal atau event-event besar di daerah ini. Seperti event Pacuan Kuda, Kesenian Didong dan banyak acara lainnya di Bener Meriah, yang biasanya digelar untuk merayakan hari jadi Kabupaten tersebut atau acara adat lainnya (seperti Pesta Pernikahan dll). Dan masih banyak tempat lain yang layak anda kunjungi, tidak susah untuk menjangkaunya, anda bisa bertanya dan minta antar ke tempat-tempat tersebut kepada masyarakat yang sangat ramah disana.

Untuk penginapan, ada Hotel Renggali, Mahara, Triarga dll, di Takengon. Di sana anda bisa tanya info apa saja terkait pariwisata Tanah Gayo, sedangkan tarif hotel-hotel tersebut rata-rata relatif murah. Atau kalau mau yang gratis, silahkan saja tidur di mesjid Ruhama. Tapi masalahnya tidak dijamin anda dikasih selimut yah, dan kemudian anda harus siap-siap diserang udara yang sangat sejuk di malam hari. Ingat, selama disana anda harus puas-puasin untuk berkunjung ke semua tempat yang seru. Saya yakin Tanah Gayo akan membuat anda betah dan selalu rindu untuk kembali ke sana.

Jika sudah puas di Tanah Gayo, maka perjalanan akan kita lanjutkan ke kota lainnya. Sesuai misi kita mengelilingi Sumatera. Perjalanan selanjutnya bisa anda pilih, mau meneruskan perjalanan ke daratan Aceh Lainnya, seperti Gayo Lues & Aceh Tenggara, lewat Gunung Leuser, yaitu Gunung dengan Hutan Lindung yang masih alami. Tempat hidupnya berbagai macam satwa yang dilindungi. Keindahan Gunung Leuser dilengkapi dengan cantiknya bentangan Sungai Alas yang membelah pegunungan itu. Salah satu jalur darat yang paling berbahaya, adalah lintasan Gunung Leuser. Kalo orang Takengon akan mengunjungi keluarganya di Gayo Lues atau Aceh Tenggara, jalur terdekat harus melewati Daerah ini. Kalo anda punya nyali yang besar, anda bisa jalan-jalan ke Gayo Lues, dengan naik kendaraan sejenis L-300, tapi duduk di atas (atap) mobil. Bagaimana, Mau Coba? . Kalo tidak berani, ya mungkin sebaiknya kita kembali saja ke jalur kedatangan semula, yaitu melalui Bireun untuk melanjutkan perjalanan ke Lhokseumawe.

Jika suhu udara di Tanah Gayo sangat sejuk, sebaliknya di Lhoseumawe dan kota-kota pesisir lain di Utara Aceh. Di kota itu udaranya cukup membuat kulit pipi orang Gayo menjadi merah (seperti “apel Manalagi”) karena udara yang panas. Lhokseumawe lebih mirip Pulau kecil yang cukup padat, kotanya terbentuk dari urbanisasi penduduk yang bekerja dibeberapa perusahaan besar (pada saat itu), seperti PT. Arun (industri Gas cair), PT. KKA (industri Kertas), PT. PIM (industri Pupuk) yang berada tidak jauh dari Kota Lhokseumawe.

Kota Lhokseumawe ini dibatasi oleh sebuah sungai yang bermuara ke laut, garis sungai ini yang membuat kota Lhokseumawe terpisah dari daratan lainnya. Jalan aksesnya hanya dihubungkan oleh 2 jempatan panjang yang menghubungkan antara lhokseumawe dan daerah lain disekitarnya. Untuk sampai disana (Kodya Lhokseumawe) anda akan menghabiskan waktu kurang lebih 4 Jam, baik itu dari Simpang Tiga Bener Meriah maupun dari Takengon-Aceh Tengah.

Seperti Umumya kota-kota pesisir di Indonesia, Lhokseumawe juga menyuguhkan wisata Pantai. Jaraknya tak lebih dari 1 kilometer dari pusat kota, dan bahkan yang terdekat dari bibir pantai hanya 300 meter (dari Kantor Walikota atau Jalan Sukaramai-jalan protokol yang paling ramai di Lhokseumawe). Sangkin dekatnya, jalan ini sempat dilalui arus air laut, ketika Tsunami tahun 2004 yang lalu.

Makanan Khas yang ada di kota ini dan kota-kota lainnya di Pesisir adalah Mie, Martabak Telor dan Nasi Goreng-Aceh. Hampir diseluruh sudut kota bertebaran warung dan ruko yang menjual masakan ini.

Selama Perjalanan dari Tanah Gayo ke Medan. Anda akan melalui beberapa Kota seperti Bireun (disini jangan lupa beli oleh-oleh seperti kripik dll yah, Saya tidak menyarankan membeli Ganja, walaupun daerah ini termasuk penghasil utama Selain Kabupaten Gayo Lues, masih takut Dosa soalnya ), kemudian kota kecil yang akan dilewati berikutnya yaitu Lhokseumawe, Pereulak, Langsa dan Kuala Simpang hingga masuk ke Perbatasan Sumatera Utara.

Sementara, perjalanan kita dicukupkan sampai Kuala Simpang dulu yah, di sebuah ruko yang tak jauh dari Polsek Kuala Simpang. Disitu ada tempat ngopi yang enak dan ada kue timpan kesukaan saya. Kita singgah sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke Medan dan Sekitarnya (Sumatera Utara). Lumayan, bisa istirahat sejenak sambil lurusin badan yang mulai pegel-pegel setelah 7 Jam di atas kendaraan. Oh iya, untuk sampai ke kota Medan, dari kota Kuala Simpang Aceh Tamiang ini, tidak terlalu jauh, yaitu kira-kira 3 atau 4 jam lagi.

Ok, Saya mau tarik Nafas dulu sekalian mau posting tulisan berikutnya yang menceritakan Alam Sumatera Utara, tulisan tersebut akan saya posting terpisah dengan Perjalanan ini. Ups, sori.. Secangkir Teh Tarik dan sepiring Kue Timpan yang ada di depan saya sungguh menggoda, baiknya saya nikmati dulu ya.. nanti kita lanjutkan lagi..

Salam…

Read Full Post »